https://youtu.be/N0zxh66UmY0

Dalam sebulan terakhir, Muhamad Busra alias Qatar alias Farel alias Anas, Rukli alias Osama dan Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo, anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur meregang nyawa di ujung timah panas Satuan Tugas Madago Raya.

Nasib sial mereka sebermula saat Satgas mulai mengendus jejak kelompok di bawah pimpinan Qatar alias Farel di kawasan Manggalapi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Lokasi persembunyian baru kelompok ini diketahui pada 22 juni 2021.

Kawasan ini berada di dalam Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kawasan yang berada pada ketinggian rata-rata 350 – 900 meter di atas permukaan laut ini dapat dicapai pula dengan berjalan kaki dan berkendara sepeda motor dari Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.

Dari Sausu Trans, lalu ke Salubanga, Parigi Moutong dan selanjutnya ke Manggalapi dalam garis lurus berjarak sekitar 17,90 kilometer. Jalur sepeda motor termasuk lumayan. Diteruskan dengan berjalan kaki melewati sungai dan semak-semak serta kumpulan hutan sekunder dan tersier. Salubanga dikenal karena pernah menjadi wilayah penambangan emas tradisional.

Bagi para pemukim asli wilayah itu dapat ditempuh sehari penuh dari jalur Trans Sulawesi di Sausu. Bila sungai-sungai yang dilewati banjir itu akan memakan waktu dua harian.

Sementara dari Palolo dapat ditempuh melalui jalur Lembantongoa dengan sepeda motor. Dari Lembantongoa berjarak sekitar 9,70 kilometer. Adapun Lembantongoa hanya berjarak sekitar 10,68 kilometer dari Desa Tongoa, Palolo, ruas jalan Palu – Palolo. Jadi dengan perkiraan jarak tempuh, kita bisa mencapai Manggalapi dalam sehari penuh hingga dua hari bila menggunakan sepeda motor. Bila berjalan kaki tentu akan lebih lama lagi.

Untuk mengetahui gambaran di mana lokasi kelompok penebar teror itu, jafarbuaisme.com menyajikan peta radius pergerakannya. Peta dibuat dengan menggabungkan peta satelit Google Maps, peta Rupa Bumi Indonesia dan peta topografi kawasan. Peta dibuat dalam skala 1:25.000 dengan kontur interval sebesar 250 meter. Untuk diketahui garis kontur pada peta topografi menggambarkan tinggi-rendahnya (relief) permukaan bumi.

Pada 22 juni 2021 berdasarkan laporan warga yang ditindaklanjuti dengan penyisiran Satgas Operasi Madago Raya, mereka diketahui muncul sekitar 2 kilometer dari permukiman. Itu adalah kawasan perkebunan warga di mana mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan makanannya. Mereka bersembunyi di dataran landai sekitar 350 – 400 meter di atas permukaan laut. Memang kawasan Manggalapi hingga Tagari tergolong kawasan yang tak terlalu tinggi. Titik tertinggi kawasan ini hanya sekitar 1000 meter di atas permukaan laut.

Diketahui ada dua jalur utama sungai di kawasan ini, yakni hulu Sungai Sausu dan Sungai Sopu. Dari sejumlah catatan kemunculan dan pergerakan kelompok ini, diketahui mereka kerap membangun base camp di sekitar sungai atau di sumber-sumber air utama.

Pada peta yang disajikan jafarbuaisme.com bisa dilihat radius 2 kilometer ditandai dengan lingkaran hijau. Di radius jarak itulah kelompok ini diduga bergerak untuk memenuhi kebutuhan logistiknya maupun menunggu pasokan logistik dari para pendukungnya. Sementara radius 3 kilometer ditandai dengan lingkaran merah. Di luar itu adalah jarak lebih dari 3 kilometer.

Hingga radius lebih dari 3 kilometer terlihat banyak tempat landai di kawasan ini, yang tentu saja dibuka untuk perkebunan warga dan dapat menjadi tempat persembunyian kelompok MIT.

Secara sederhana dengan menggunakan fitur pengukuran jarak di Google Maps, wilayah-wilayah ini berada dalam kesatuan kawasan. Coba kita simak dari jarak terdekat: Sausu Trans. Dari kawasan permukiman yang dihuni oleh masyarakat Bersuku Jawa, Bugis dan Kaili itu, Salubanga hanya berjarak 6,11 kilometer. Jalur ini dapat ditempuh dengan mudah menggunakan sejenis mobil canvas, pick up double cabin dan sepeda motor. Ini jalur logistik yang mudah ditempuh dan aman.

Sementara dari Salubanga ke Manggalapi jaraknya berkisar 11,92 – 12 kilometer. Dari laporan yang ada, kelompok ini kerap terlihat menghiliri sungai. Mereka baru akan naik ke punggung bukit atau lerengan yang lebih tinggi bila merasa ada ancaman pengejaran atau penyisiran personel Satgas.

Nah, dari Manggalapi inilah mereka bisa menuju Rejeki atau Lembantongoa, di Kecamatan Palolo atau menyeberang hingga ke Lore Timur, di Lembah Napu. Dari Manggalapi ke Lembantongoa juga tergolong dekat, hanya sekitar 9,62 kilometer. Jalur mudahnya mereka mengikuti alur sungai dari Manggalapi ke Lembantongoa meski jaraknya lebih jauh.

Sementara itu, tidak menutup kemungkinan bila kelompok ini dapat mengarah permukiman warga di Paneki, Sigi melalui jalur Manggalapi – Raranggonau. Jaraknya sekitar 48,24 kilometer.

Meski rata-rata paling tinggi 1.000 meter di atas permukaan laut, vegetasi di lokasi di mana jejak kelompok MIT tercium itu tergolong rapat. Hutan sekunder hanya berada di wilayah terdekat dengan permukiman atau di wilayah bekas hak pengusahaan hutan.

Dari sejumlah keterangan personel yang terlibat dalam operasi, mereka mengakui hutan Sulawesi memang berbeda dengan hutan-hutan di Jawa atau daerah lainnya.

Beberapa tempat juga tergolong curam, seperti persembunyian Ali Kalora yang diobok-obok pada Maret 2021 lalu. Itulah yang menyulitkan perburuan kelompok ini. Meski demikian itu tak menjadi halangan bagi Satuan Tugas Madago Raya untuk terus memburu mereka. ***