3. Suhardin alias Hasan Pranata alias Farhan alias Abu Farhan

Lelaki kelahiran 26 Februari 1985 ini diketahui sebelumnya bermukim di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia pernah ditangkap karena terlibat kerusuhan Mamasa, Sulbar pada 2004 dengan tuduhan kepemilikan Senjata Api.

Usai menjalani hukuman akibat Rusuh Mamasa, ia kemudian menetap di Moengko, Poso. Saat itu, ia mulai bergabung dengan kelompok  Santoso alias Abu Wardah pada 2012, sampai kemudian mendeklarasikan Mujahiddin Indonesia Timur yang berbaiat pada ISIS.

BACA INI JUGA:  Shinzo Abe: Mantan PM Jepang dibunuh saat kampanye pemilu, ditembak dua kali

Hamzah alias Imam alias Galuh alias Nae

Hamzah diketahui berasal dari Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia tercatat lahi di Dumu, 3 April 1992. Sejak 2012 ia sudah aktif menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid.

BACA INI JUGA:  Ini Data Valid Korban Tambang Emas Buranga

Dari penelusuran informasi, ia mulai bergabung mengikuti tadrib asykari yang digerakkan Santoso pada November 2014 di Tamanjeka, Poso Pesisir Utara.

Dia ke Poso karena diajak oleh Budirman alias Abu Alim alias Hanif alias Ambo yang ditembak mati Satgas Madago Raya Sabtu, 17 Juli 2021 sekitar pukul 11.00 Waktu Indonesia Tengah di wilayah Wanasari, Desa Tolai Induk, Kecamatan Torue, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

BACA INI JUGA:  Soal TNI Menjaga Kejaksaan, Ini Kata Kapolri

Nae juga diduga terlibat dengan peledakan bom di Pondok Pesantren Umar bin Khattab di Sanolo, Bolo, Bima pada 11 Juli 2021.

Dari keterangan sejumlah kombatan yang ditangkap, ia dikenal ahli dalam navigasi darat. Ia juga bisa dikenali dari bekas luka tembak di bagian punggungnya.