Santoso sendiri yang bertugas menghubungi para kombatan yang pernah terlibat konflik Poso pada 1999 – 2000. Salah satu yang bisa diandalkan adalah Sabar alias Abi Autad yang lebih dikenal sebagai Daeng Koro. Lelaki pecatan TNI Angkatan Darat itu dulu pernah membantu Laskar Jihad Ahlusunnah Waljamaah, pimpinan Ja’far Umar Thalib.
Santoso juga juga menugaskan Imron dan Naim, alumni Pondok Pesantren Darussyahadah, Boyolali, Jawa Tengah. Upaya itu kemudian berhasil. Para kombatan dari sejumlah daerah sudah siap bergabung.
Kabar baik pun datang, Rizki dan Cahya, jejaring mereka di Surabaya meretas situs investasi online Speedline. Mereka berhasil membobol uang lebih dari Rp7 miliar. Uang itu
rencananya akan digunakan untuk membiayai operasi jihad di Poso seperti pembelian senjata, pelatihan militer dan lain lain.
Awal 2012 mereka pun memulai melakukan perekrutan calon peserta tadrib. Mereka berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, Medan, Bima, Nusa Tenggara Timur.
Dukungan dari Badri Hartono, mantan anak buah Noordin Moh Top pun mendukungnya. Begitu pun Kelompok Beji di bawah Abu Thoriq, ada pula Kodrat dari Kelompok Pamulang ditambah kelompok Mujahidin Indonesia Barat dibawah Abu Roban.
Dalam periode ini, kekuatan kelompok Santoso pulih bahkan lebih, baik dari sisi personil maupun persenjataan. Mereka menjadikan wilayah Tamanjeka, Gunung Biru sebagai
Basis.
Pada 2012, mereka membentuk Mujahiddin Indonesia Timur. Amirnya adalah Santoso. Mereka kemudian membaiat diri sebagai bagian dari ISIS – Islamic State Iran and Suriah di bawah Abubakar Albaghdadi.
***
Meski telah kuat, Santoso rupanya belum puas. Ia ingin kelompoknya makin ditakuti.
“Amaliyah-amaliyah kita di luar basis harus makin gencar. Kita perlu biaya besar untuk tetap kuat. Di samping itu kita terus menyerang musuh bila ada kesempatan,” perintah Santoso.
Perintah itu diterjemahkan langsung oleh anak buahnya tanpa ba bi bu. Pada Kamis, 8 Oktober 2012, mereka menculik dan membunuh dua anggota Kepolisian Resor Poso. Mereka adalah Brigadir Polisi Satu Andi Safa dan Brigadir Sudirman dari Satuan Reserse dan Kriminal. Jenazah mereka baru ditemukan Selasa, 16 Oktober 2012.