Sebuah rumah sederhana semi permanen bercat hijau dengan halaman ditumbuhi rumput menghijau menjadi tujuan Ahmad dan Sugeng. Di depan rumah sepokok mangga harum manis sedang berbuah. Buahnya sudah mulai ranum. Di depan rumah itu ada sepetak kios yang isinya tak penuh.

Rumah ini beralamat di Desa Bhakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Jaraknya 52 kilometer dari Poso Kota, Ibukota Kabupaten Poso atau 160 kilometer dari Kota Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah.

Renovasi rumah dan modal kios ini dibantu oleh Komando Daerah Militer VII Wirabuana yang saat itu membawahi wilayah Komando Resor Militer yang berada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Itu adalah bagian upaya deradikalisasi melalui pembinaan teritorial TNI Angkatan Darat.

***

Setelah didahului uluk salam, kami masuk ke rumah itu. Ada Suwarni, Ummi Wardah yang menyambut kami. Perempuan bersuku Jawa ini sudah lahir di Poso. Besar di tengah keluarga transmigran asal Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia istri dari orang yang paling dicari aparat keamanan saat ini. Ia istri pertama Santoso alias Abu Wardah.

Baru lima menitan saya dan teman-teman duduk di ruang tamu, beberapa cangkir kopi sudah terhidang di meja kayu di depan kami.

“Maaf, cuma itu yang bisa kami sajikan.”