“Ia dulu punya motor Honda GL Pro yang ada keranjangnya. Dia jualan segala macam di situ. Ada buku, parang, barang rumah tangga dan lain-lain. Dia jualan keliling Poso,” kisahnya.
Andi Baso Thahir, kawan Santoso di Desa Tokorondo, Poso Pesisir mengakui cerita itu..
Tutur dia, “Santoso itu rajin orangnya. Dia jualan keliling. Nanti di setiap waktu shalat dia ikut jamaah di masjid di mana dia sempat lalu menawarkan dagangannya.”
***
Ada yang menarik saat Ahmad bertemu dengan Suwarni, di tengah wawancara, anaknya yang kedua memberinya telepon yang tengah berdering. Ia menerima telepon dari seseorang. Ia lalu masuk kamar dan berbicara dengan peneleponnya.
Saat selesai, kami menanyakan padanya siapa gerangan yang menghubunginya.
“Oh itu dari Pak Handoko, anggota Kopassus,” jawabnya singkat.
Kopassus yang dimaksud olehnya merujuk pada Korps Pasukan Khusus, satuan elit milik TNI Angkatan Darat. Rupanya anggota intelijen Kopassus itu menanyakan maksud kedatangan Ahmad dan Sugeng.
Perjumpaan dengan Suwarni pagi hingga siang itu terasa tanpa beban. Ia tidak ada bedanya seperti ibu rumah tangga biasa. Soal rindu pada sosok Santoso, suaminya tentu diakuinya juga.
“Namanya suami, ya rindulah, Mas.” Begitu kata Suwarni.