Seorang raja merasa nelangsa lantaran usianya yang beranjak senja. Suatu waktu tukang cukurnya menyampaikan bahwa rambutnya sudah banyak beruban. Ia mengirim tukang cukur itu ke algojo. Kepalanya pun dipenggal.
Pengurus kerajaan pun mencari tukang cukur lain. Saat ditanya, ia menjawab, “rambut Raja hanya satu dua yang beruban.”
Raja pun marah. Ia mengirimkan lagi tukang cukur itu ke algojo.
Didatangkan lagi tukang cukur baru. Saat ditanya, tukang cukur baru ini bilang, “rambut Raja semuanya masih hitam lebat.”
Raja berang, “kau pembohong.”
Ia pun dikirimkan ke algojo untuk dipenggal kepalanya.
Tiba saatnya, sang bijak bestari, Nasruddin Hodja dipanggil. Saat ditanya raja, Nasruddin bilang, “maaf Tuan Raja, saya buta warna.”
Maka selamatlah kepala Nasruddin Hodja dari tajamnya pisau algojo kerajaan.
Kisah ini mengajarkan kita bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, sebab kerap kenyataan itu tak selalu menyenangkan hati. Kebohongan pun tak enak didengar. Maka memilih kata dan kalimat yang tepat adalah keniscayaan. Apalagi bila kita bawahan di kantor atau dimanapun.
Hakekatnya manusia, cuma ingin mendengarkan yang baik-baik tentang diri kita, hanya ingin melihat yang indah-indah saja, meski kita selalu meminta untuk ditegur bila keliru. Wallahu a’lam bishshawab.
Siapa Nasruddin atau Nasreddin ini? Ia dalam Bahasa Turki dipanggil Nasreddin Hoca, atau kita kenal dalam beberapa kisah sebagai Nasruddīn Hodja, adalah seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk. Ia diyakni hidup dan meninggal pada abad ke-13 di Akshehir, dekat Konya, ibu kota dari Kesultanan Rûm Seljuk, sekarang Turki. Ia dianggap orang banyak sebagai filsuf dan orang bijak.
Nasruddin dikenal akan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Ia muncul dalam ribuan cerita, terkadang jenaka dan pintar, terkadang bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisahnya mengandung humor cerdas dan mendidik. Festival Nasreddin Hodja dirayakan secara internasional antara 5–10 Juli setiap tahun di kota tempat tinggalnya. ***