Sebelum ‘Pak Guru', lebih dari 40 daftar pencarian orang dalam kasus terorisme di Poso, Sulawesi Tengah telah dikeluarkan Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia sejak 2007. Operasi demi operasi telah digelar. Targetnya adalah kelompok Mujahiddin Indonesia Timur yang telah berbaiat kepada Iran and Suriah Islamic State.
Saat ini, mereka yang telah teridentifikasi bagian dari Santoso alias Abu Wardah yang tertembak pada 18 Juli 2016 tingggal Alikhwarisman alias Pak Guru alias Jaid alias Askar alias Hamzah. Lelaki kelahiran pada Kamis, 3 November 1988 di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ini licin bak belut. Ia sekarang seperti lone wolf, serigala yang lepas dari kawanannya. Bergerak dalam sunyi dan sendiri.
Bersama kelompoknya, para DPO Teroris sepanjang 2021 – 2022, dia berpindah-pindah dari wilayah Kabupaten Poso, Parigi Moutong hingga Sigi. Keberadaam lebih dari 40 pos sekat dan pos kejar Satuan Tugas Operasi Madago Raya memang menyulitkan dan membuat mereka makin terdesak.
Di mana lelaki ahli perakit bom dan anggota kelompok Mujahiddin Indonesia Timur ini bersembunyi sejak Juli 2020 hingga Mei 2022? Temuan Satgas Madago Raya berikut ini bisa memberikan gambarannya.
Dari Poso, ke Parigi Moutong lalu ke Sigi
Pada 1-2 September 2020 bertempat di Pos Komando Utama Satgas Tinombala, Kecamatan Poso Kota Utara, dan di Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi telah 2 orang simpatisan kelompok MIT menyerahkan diri. Mereka adalah Muhammad Fajrin alias Uto dan Akbar alias Ule beserta 1 pucuk Revolver merek Phyton 357. Mereka menyerahkan diri karena ketakutan setelah melakukan aksi amaliyah.
Pada Rabu, 28 Oktober 2020 sekitar pukul 09.45 WITA terjadi kontak tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok MIT di Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Lembah Napu. Tim Sogili dan Gabungan Satgas Tindak melalukan pengejaran. Satgas merampas sejumlah perlengkapan dan bahan makanan yang mereka tinggalkan.
Pada Kamis, 19 November 2020 di komplek perkebunan masyarakat di Pombola, Pegunungan Torue telah terjadi penyanderaan terhadap 4 orang warga Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Satgas Tinombala bertindak cepat dengan memburu kelompok itu dan berhasil menyelamatkan ke-empat warga tersebut.
Pada Minggu, 11 Juli 2021, personel Satgas Tricakti 3, Komando Operasi Gabungan Khusus TNI menemukan sebuah camp di wilayah Batu Tiga, Dusun VI Tokasa, Desa Tanalanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Saat itu, Satgas berhasil menembak mati Qatar alias Farel alias Anas dan Rukli.
Lalu, pada Minggu, 18 Juli 2021, Tim Alfa 5 menemukan jejak camp kelompok ini di Pegunungan Buana Sari, Dusun VI Buana sari, Desa Tolai, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Sehari sebelumnya, Tim Sogili 3 berhasil menembak mati Ambo alias Abu Alim, salah seorang anggota kelompok MIT di wilayah ini.
Pada Sabtu, 18 September 2021. Satuan Tugas Operasi Madago Raya menembak mati dua terduga teroris Poso, Ali Kalora alias Ali Ahmad dan Jaka Ramadhan alias Ikrima. Keduanya tertembak di wilayah Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Setelah pergerakan mereka kian terjepit sekitar di wilayah Parigi Moutong, pada 9 November 2021, Satgas Madago Raya berhasil mengendus jejak mereka di Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.
Sementara itu, pada 24 November 2021, Tim Alfa 2 berhasil mencium pergerakan dan menemukan camp kelompok ini, di wilayah Air Terjun Baturiti di dekat hutan damar di Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong.
Kemudian, pada pada 4 Januari 2022, sekitar pukul 10.45 WITA, Satuan Tugas Operasi Madago Raya kembali menembak mati seorang buronan teroris Poso, yakni Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang di wilayah Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Ahmad Panjang ditembak oleh Tim Sogili 3 Detasemen Antiteror 88 di lokasi Bendungan, Desa Dolago Padang, Kecamatam Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah
Pada 9 April 2022 keberadaan DPO teroris terendus di sekitar wilayah Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong. Para DPO keluar untuk mencari persediaan logistik. Mereka sempat dikejar namun berhasil meloloskan diri.
Pada Rabu, 27 April 2022, Satuan Tugas Operasi Madago Raya dari Pos Sekat Salubanga, Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah menembak mati Suhardin alias Hasan Pranata, salah seorang DPO Teroris Poso. Jenazah DPO Asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat
Dari lokasi-lokasi terjadinya kontak tembak dan temuan base camp, jejak kelompok ini mudah diendus.
Saat ini, tinggal seorang saja DPO Terorisme Poso yang kini terus diburu. Dia adalah Pak Guru alias Jaid.
Diperkirakan, dari pemunculannya kali terakhir di Salubanga, maka keberadaan lelaki yang memiliki beberapa nama alias ini tak akan lagi jauh-jauh dari wilayah itu.
Posisi Pak Guru alias Askar alias alias Hamzah yang di Kartu Tanda Penduduk bernama Alikhwarisman bila bergeser dari wilayah Parigi Moutong, tentu akan berada di sekitar wilayah Lembantongoa. Dalam garis lurus, jaraknya sekitar 21.3 kilometer. Bila dia mengikuti aliran sungai akan makan beberapa hari. Namun bila mengikuti jalan rintisan warga, tentu tak akan lama. Tapi itu jelas berisiko.
Bila kemungkinan dia akan turun ke bawah ke arah perkampungan di bawah Sausu, risiko berhadapan langsung dengan personel Satgas Madago Raya tentu akan lebih tinggi. Apalagi rata-rata ketinggian wilayah ini hanya berkisar 200 – 300 meter di atas permukaan laut. Meski pun beberapa tempat curam, tapi jalan landai mudah ditemukan.
Melihat kondisi wilayah dan juga kondisi fisik Pak Guru, yang dipastikan makin kekurangan asupan logistik, tinggal menunggu waktu saja, ia akan menyerah atau mendapat tindakan hukum dari Satgas Madago Raya. ***
Baca juga jafarbuaisme.com | khas dan bernas | di Google News