Pernah dengar Anggur Laut atau Seagrape? Bila belum, saya akan mengenalkan pada Anda. Di Makassar, Sulawesi Selatan, warga menjadikannya sebagai lawa atau lalapan. Dinamai anggur laut lantaran rangkaian tangkai daunnya menyerupai bulatan persis anggur namun kecil-kecil dan hidup di perairan laut.
Sejatinya, Seagrape yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai Caulerpa lentilifera adalah salah satu jenis ganggang hijau. Tanaman laut ini mudah ditemukan di daerah-daerah pesisir sepanjang Indo-Pasifik. Ini adalah salah satu jenis rumput laut yang berbatang lunak dan tentu saja teksturnya berair.
Di Philipina, dikenal dengan nama lato atau arosep. Di sana seagrap dibudidayakan secara intensif. Di Sabah, Malaysia ini dikenal dengan nama Latok. Ini menjadi makanan kegemaran Suku Bajo. Lalu di Okinawa, Jepang disebut Umi-Budo, yang berarti anggur laut.
Sedang di Vietnam dinamai rong nho or rong nho biểm. Dan di Korea disebut bada podo, yang artinya juga anggur laut. Orang Eropa biasa menamai tanaman ini setelah disajikan menjadi salad sebagai green caviar, karena bentuknya persis telur ikan. Sedang masyarakat Bali mengenalnya sebagai bulung.
Caulerpa lentilifera biasanya dimakan mentah dengan tambahan cuka, sebagai makanan ringan atau salad. Orang-orang Philipina menyajikannya dengan irisan bawang merah dan tomat lalu ditambahi cuka jauh saus ikan. Salad ini kaya dengan yodium loh. Ekstrak seagrape juga diyakini dapat mengatur metabolisme gula darah.
Di Cebu, Central Philipina, seagrape dibudidayakan besar-besaran di atas lahan budidaya air seluas 400 hektare.
Nah, kembali ke Makassar, saya menyajikan seagrape sebagai lalapan saja. Ditambah dengan dabu-dabu atau sambal matah. Rasanya gurih. Enak dimakan dengan ikan goreng dan nasi putih yang panas mengepul.
Bila suatu waktu Anda berkunjung ke Makassar, cobalah lalapan ini. Bila ingin melihatnya langsung dijual melawatlah ke Pelabuhan Paotere. Di sana, para pagandeng atau penjual keliling biasanya mendapatkannya dari nelayan. ***