Pada 1600 Masehi, Paus Klemens VIII mengejutkan banyak orang, utamanya para pecinta kopi. Kala itu, Vatikan mengelurkan larangan bahwa minum kopi merupakan budaya luar yang bisa mengancam tradisi mereka. Dia menetapkan; kopi adalah minuman yang mendatangkan dosa bila dinikmati oleh umat Katolik.

Untungnya setelahnya Ia mencabut larangan ini. Pada tahun-tahun itu pula minuman kopi kembali jadi kegemaran masyarakat Kota Negeri itu serta pasti masyarakat Roma, Italia.

Pada 1645 Masehi, kedai kopi awal dibuka di Venice, Italia. Kota yang populer dengan keelokan arsitektur serta mengandalkan moda transportasi air itu, jaraknya cuma 5 jam dari Vatikan ataupun sekira 531 km.

Kemudian dari mana asal muasal kopi yang saat ini semacam candu itu? Menarik membagi kisahnya.

Teman saya, Pataruddin, jurnalis senior di Palu tidak permah sekalipun melewatkan pagi tanpa ngopi. Itu frasa yang bermakna meminum secangkir kopi. Olehnya, apabila mau mencarinya di pagi hari, carilah ia di warung kopi.

Kopi memanglah begitu nikmat, sampai- sampai orang Turki semenjak lama bilang,” kahve cehennem kadar kara, ölüm kadar kuvvetli, sevgi kadar tatlı olmalı.” Dalam Bahasa Inggris diterjemahkan jadi,” coffee should be black as hell, strong as death and sweet as love.” Dalam bahasa kita:  kopi wajib sehitam neraka, sekuat kematian serta semanis cinta.

Warna gelap merujuk pada kekentalannya, kekuatan merujuk pada rasanya serta diksi manis merujuk pada takaran gulanya.

Bisa jadi itu yang mengilhami pembuatan iklan rokok Gudang Garam Filter; Kopiku kental, musikku keras, rokokku mantap.: D Tetapi, saya sendiri adalah pecinta dan peminum kopi yang tidak merokok. 🙂

Dokumen tertulis yang sangat tua tentang kopi ditemui dalam catatan Arrazy (850- 922), seorang ilmuwan Muslim yang juga ahli medis. Ia menyebut satu minuman yang ciri- cirinya mirip kopi dengan istilah bunshum. Pada 1000 Masehi, Ibnu Sina (980- 1037), yang juga seseorang Muslim serta ahli medis mempelajari tumbuhan yang memiliki biji yang dapat diseduh serta efektif mengobati salah satu penyakit perut. Seluruh penjelasan yang diberikannya merujuk pada identitas kopi yang kita tahu di kala ini. Ia menyebut juga minuman tersebut bunshum serta bijinya dengan nama bun.

Warga Suku Galla, di Afrika Timur telah mengenal kopi semenjak 1000 Sebelum Masehi. Kemudian, mulai dibudidayakan pada 5 Masehi oleh para petani di Abyssinia, wilayah di Afrika yang kini mencakup daerah negeri Etiopia serta Eritrea. Dari situlah kopi menyebar ke segala penjuru dunia.

Pada 700- 1000 Masehi kopi diketahui awal kali oleh bangsa Arab bagaikan minuman pemacu adrenalin. Penyebaran kopi diawali di kala itu bertepatan dengan penyebaran Islam. Sumber kopi awalnya di Kota Mocha, Yaman.
Itu merupakan sejarah awal mulanya, tetapi pasti tidak asyik apabila tidak mengerti asal muasal katanya.

Kita kembali bermain etimologi, ilmu asal usul kata.:) Dalam All About Coffee yang diterbitkan pada 1922, William Ukers mengatakan kopi mulai masuk jadi kosa kata bahasa-bahasa di Eropa pada 1600- an. Kopi diadaptasi dari bahasa Arab, Qahwa. Orang Turki sendiri menyebutnya Kahveh. Qahqa sendiri bermakna kokoh. Ada pula yang bilang kata itu merujuk pada kaffa, kota di wilayah Shoa, di Selatan Barat Abissynia, di mana awal mulanya kopi dibudidayakan. Orang Belanda menyebutnya koffie. Kemudian Orang Perancis menamainya café. Orang Italia mengenalnya sebagai caffè. Yang universal kita ketahui disebut coffee, sebagaimana Orang Inggris menyebut minuman nikmat itu.

Di Cina diketahui sebagai kia- fey, kemudian di Jepang diucapkan kehi. Orang-orang Arab serta biasanya masyarakat Kota Palu di bilangan Palu Barat menyebutnya gahwa. Apabila dicampur jahe jadi gahwa zanjabil.

Seperti di Vatikan, kopi sempat dilarang di Jazirah Arab sebab disamakan sebagai candu. Walaupun setelah itu diizinkan lagi sebab jadi sahabat mereka yang beribadah pada malam hari di dekat Masjidil Haram pada era itu.

Popularitas kopi meluas di masa kekhalifahan Turki Utsmani. Di ceritakan minuman kopi jadi sajian utama di tiap perayaan di Istambul. Di masa ini pula kopi mulai disukai orang- orang Eropa.

Para orang dagang Arab sempat berupaya melindungi keistimewaan kopi ini. Mereka mengharuskan seluruh kopi yang hendak dibawa keluar Jazirah Arab direbus dahulu dengan harapan tidak hendak bertumbuh apabila ditanam di tempat lain. Tetapi, upaya mengisolasi kopi ini tidak sukses. 

Pada 1616 orang Belanda sukses membawa tumbuhan kopi dari pelabuhan Mocha ke Holand, Belanda. Pada 1658 bangsa Belanda mulai berupaya membudidayakan tumbuhan kopi di Srilangka. Tidak hanya melalui pelabuhan nyatanya banyak pintu masuk lain yang membolehkan perdagangan biji kopi. Salah satunya melalui ekspedisi para peziarah yang mau berhaji ke Mekkah serta Madinah.

Pada 1695 Baba Budan, seseorang peziarah dari India, sukses membawa biji kopi produktif ke luar Arab. Dia membudidayakan tumbuhan kopi di Chikmagalur, India bagian Selatan.

Kapan kopi masuk ke Indonesia? Pada 1696, Belanda mendatangkan kopi dari Malabar, India, ke Pulau Jawa. Tumbuhan kopi tersebut berasal dari biji yang dibawa dari Yaman ke Malabar. Tumbuhan kopi tersebut ditanam di Kedawung, tetapi upaya ini kandas sebab banjir.

Tiga tahun setelah itu Belanda mendatangkan kembali stek kopi dari Malabar. Upaya kali ini menuai sukses. Kopi berkembang dengan baik di perkebunan-perkebunan di Jawa. Hasil produksinya menggeser dominasi kopi Yaman. Apalagi dikala itu Belanda jadi pengekspor kopi terbanyak di dunia. Pada 1706, Belanda membawa tumbuhan kopi dari Jawa ke kebun raya di Amsterdam. Dari Amsterdam tumbuhan kopi dibawa ke Suriname. Sebagian lain diberikan sebagai hadiah kepada Raja Louis XIV di Paris, Perancis.

Sejak itu, Belanda mengawali penanaman kopi besar-besaran di Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor serta pulau-pulau yang lain di Indonesia. Meski hasilnya dinikmati Pemerintah Penjajahan Belanda, tetapi menyisakan cerita pilu tentang tanam paksa yang mengaitkan jutaan pekerja rodi yang terdiri dari orang- orang asli Indonesia.

Hingga 1800-an Indonesia diketahui sebagai negeri produsen kopi terbanyak di dunia. Setelah itu digeser oleh Brazil. Saat ini, negeri kita berada pada ranking 4 produsen kopi setelah Vietnam dan Colombia.

Sebagian besar kopi kita adalah robusta yang mencapai 83% dari total produksi, sisanya arabika sebanyak 17% serta sebagian kecil liberika serta excelsa. Pada 2015, produksinya mencapai 660 ribu ton.

Nah, sudahkah Kamu minum kopi hari ini? Apabila belum cobalah seteguk dua teguk. Karena nyatanya dalam sebagian riset dengan meminum secangkir kopi saban waktu dapat merendahkan resiko Alzheimer ataupun penyakit pikun sebesar 32- 60 persen.

Kopi pula bisa kurangi tekanan mental serta bawa perasaan senang. Apabila tidak percaya, coba saja perhatikan orang- orang di warung kopi, apakah ada mereka bersedih ataupun nampak gundah gulana?: ***