Empat orang anggota pun menyeret tubuh dua anggota Polisi yang sudah tampak lemas itu. Tanpa ampun mereka menganiaya keduanya. Tak sampai di situ, urat lehernya pun diiris belati. Keduanya pun meninggal dunia kehabisan darah. Kaki dan tangannya diikat.
“Segera kubur mereka di sini. Satu lubang saja. Motornya dibuang saja,” perintah Daeng Koro dengan darah dingin.
***
Poso pun geger. Dua Polisi dikabarkan hilang di Gunung Biru, Tamanjeka. Pencarian pun dikerahkan. Delapan hari kemudian, tepat pada 16 Oktober 2012, personil Kompi B Batalyon Infanteri 714 Sintuwu Maroso menemukan jasadnya terkubur pada kedalaman satu meter di antara Dusun Weralulu di Desa Tokorondo, dan Dusun Tamanjeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. Mereka terkubur telanjang. Keduanya cuma mengenakan celana dalam.
Rudi Sufahriadi, mantan Kapolres Poso yang ketika itu menjabat Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme turun tangan.
Di depan apel Satuan Tugas Operasi Tinombala di halaman Kantor Polres Poso, ia tegaskan: “Tidak boleh ada lagi anggota Polri yang terbunuh. Kita tidak boleh lengah. Kita harus selalu waspada. Ini yang terakhir. Kejar mereka sampai dapat. Perang melawan terorisme tidak boleh berhenti.”
Ahmad Alghifary yang juga hadir di situ paham benar sepak terjang Jenderal Polisi ini. Perkenalannya dengan Rudy sudah berbilang tahun. Ungkapan tegas tapi terukur jadi pemandu tindakannya, baik kepada anak buah juga para pelanggar hukum. Sempat tergagap Ahmad saat Rudi menepuk pundaknya dengan keras lantaran ia agak sedikit melamun mengingat perkenalannya dengan perwira muda itu dulu berawal dari nasi kuning di kantin Polres Poso yang memang terkenal gurih.
“Sudah sarapan? Ayo ke kantin bila belum,” ajak dia.
“Tentu saja belum, Bang. Ayo ke kantin, siapa takut,” jawab Ahmad diiringi tawa.
Dan perbincangan keduanya mengalir seperti biasa. Isinya soal-soal serius di Poso tapi dibicarakan dengan santai. Sementara di luar, terik matahari begitu membakar. Secangkir teh hangat yang disajikan pelayan kantin sudah tandas, itu penanda percakapan keduanya harus disudahi. ***
Kisah selanjutnya: Bara Api di Timur Celebes: Sebermula Mujahiddin Indonesia Timur