Saat ini kelompok Mujahiddin Indonesia Timur telah terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipimpin Ali Kalora dan yang kedua dipimpin Qatar alias Farel alias Anas. Bagi warga Poso atau simpatisannya, tak ada alasan lagi untuk mendukung keberadaan kelompok ini.
Demikian Komandan Korem 132/Tadulako Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, MA mengomentari kabar terpecahnya kelompok yang menebar teror di Poso dan Palu sejak 2012 itu.
Seperti diketahui dari 9 orang anggota MIT, ada 4 orang Poso yakni Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Sementara itu 4 orang lainnya yakni Qatar alias Farel alias Anas, Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh dan Askar alias Jaid alias Pak Guru berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Adapun Jaka Ramadan alias Ikrima alias Rama berasal dari Banten.
Dari sumber intelijen didapat informasi bahwa empat kombatan asal Poso itu akan menyerah.
“Ali Kalora sudah tertembak. Ahmad Gazali dan Rukli dilaporkan dalam keadaan sakit. Mereka itu sudah mau turun kampung, mau menyerah. Jadi yang mau menyerah itu Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, tapi mereka takut pada Qatar,” sebut sumber itu. sebut sumber itu.
Melihat itu, Farid yang juga Wakil Komandan Satuan Tugas Operasi Madago raya menyatakan sekali lagi tak ada alasan bagi warga Poso atau sesiapapun mendukung atau memberikan simpati pada kelompok itu. Apalagi sampai membantu atau mendukung pasokan informasi atau logistik mereka.
“Empat warga Poso yang bergabung di kelompok MIT sudah mau menyerah, yang tersisa tinggal empat dari Bima, NTB dan satu dari Banten, dari luar Sulawesi Tengah. Jadi tidak ada alasan lagi untuk mendukung mereka,” tandas Perwira Kopassus kelahiran Bangkalan, Madura, 6 Juli 1969 ini. ***
Discussion about this post