Di balik berita mengejutkan tentang penarikan dana triliunan rupiah oleh Muhammadiyah dari PT Bank Syariah Indonesia (BSI), terselip kisah seorang pengusaha perempuan bernama Felicitas Tallulembang. Pengangkatannya sebagai komisaris independen menggantikan calon dari Muhammadiyah menjadi salah satu pemicu polemik yang tengah ramai diperbincangkan.

Felicitas Tallulembang, atau yang akrab disapa Feli, adalah sosok yang mencuri perhatian. Lahir di Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan pada 6 November 1959, Feli telah menempuh perjalanan hidup yang penuh dengan dedikasi dan prestasi. Sejak lulus dari Fakultas Kedokteran (Unhas), ia telah mengabdikan dirinya di dunia kesehatan sebagai seorang dokter.

Namun, pengabdian Feli tak berhenti di situ. Pada 3 Oktober 2017, ia dilantik menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui mekanisme pergantian antarwaktu (PAW) menggantikan rekan separtainya yang meninggal dunia, Andi Nawir Pasinringi.

Setelah masa jabatannya di DPR berakhir, Feli mencoba peruntungannya di pemilihan legislatif 2019 untuk daerah pemilihan Sulawesi Selatan III. Meski kampanye dengan semangat “2019 Prabowo Presiden”, ia gagal kembali ke Senayan.

Tidak hanya berkarier di dunia politik dan medis, Feli juga seorang pebisnis ulung. Sejak 2005, ia memimpin beberapa perusahaan di bawah naungan Grup Cetara yang bergerak di bidang perdagangan hasil bumi dan pertambangan nikel. Feli juga pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sinjai dari 1999 hingga 2008, memperlihatkan kepiawaiannya dalam memimpin institusi kesehatan.

Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BSI yang digelar 17 Mei 2024, Feli ditunjuk sebagai komisaris independen, bersama dua komisaris lainnya, Abu Rokhmad dan Nazaruddin. Penunjukan ini bukan hanya mengejutkan karena menggeser calon dari Muhammadiyah, tetapi juga karena Feli menjadi komisaris perempuan pertama di BSI sejak merger bank tersebut.

“Kali pertama ini BSI sejak merger, baru punya komisaris perempuan,” ujar Direktur Utama BSI Hery Gunady.