“INNALILLAHI Wa Innailaihi Roji’un, Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un, Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un.” Itu kalimat pertama yang disampaikan pelaksana tugas Gubernur Sulsel Andi Sudirman saat memberi sambutan mengantarkan jenazah ulama kharismatik Sulsel Anregurutta K.H. Sanusi Baco, Lc sesaat sebelum dishalatkan di Masjid Raya Makassar, Minggu (16/5/2021).

Mengenakan kemeja koko putih dipadukan kopiah hitam, Andi Sudirman tak dapat menahan kesedihannya hingga meneteskan air mata. Mengingat kedekatannya dengan almarhum telah berlangsung lama.

“Kita tentu sangat kehilangan tokoh yang menjadi rujukan bahkan menjadi rujukan bagi kami di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Andi Sudirman, seperti dikutip dari Fajar.

Ada banyak nasehat dan petuah dari AGH Sanusi Baco. “Paling saya ingat beliau sampaikan bahwa ketika berjalan maka selalulah meminta inayah-Nya, pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena usaha tidak akan mampu menembus, kecuali inayah pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujar bekas wakil gubernur Sulsel itu.

Secara pribadi, Andi Sudirman mengaku kehilangan sosok ulama ini. “Kami masih mengingat bagaimana beliau terus memberikan nasehat bagi kami,” ujarnya.

Salah satunya yang terakhir, ketika memberi nasehat yang menyejukkan menanggapi kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar beberapa bulan lalu.

“Beliau selalu berceramah dengan sangat sejuk, santun, dan terang benderang dalam menyampaikan nasehatnya. Posisi Islam berlepas diri dari mereka yang melakukan aksi teror itu dan bagaimana beliau menjelaskan dengan sangat mudah dipahami bagi kita semuanya. Beliau selalu memberi kesejukan setiap dakwahnya-dakwahnya,” jelasnya.

Andi Sudirman mengaku sering menemui ulama kelahiran 84 tahun lalu, tepatnya 4 April 1937 di Maros itu. Dia selalu meminta nasehat terkait persoalan di Pemerintahan. Andi Sudirman pun bercerita momen terakhir bersama AGH Sanusi Baco sehari sebelum kepulangannya.

“Terakhir saya mendengarkan (Jum’at 14/5/2021) sebelum maghrib beliau sakit dan setelah salat Maghrib saya berkunjung ke tempat beliau dan sempat bercerita. Beliau masih merespon dengan sangat jelas. Beliau menyampaikan bahwa saya sakit perut dan inilah Allah memberikan tanda-tanda bagi kita, Insya Allah kepergian beliau dengan tanda-tanda yang baik sakit di perut, Insya Allah salah satu tanda syahid disisi-Nya,” ucap adik kandung mantan Menteri Pertanian RI, Andi Amran itu.

AGH KH Sanusi Baco, LC meninggal dunia, Sabtu (15/5/2021) malam. Ribuan orang mengiringi proses pemakaman Almarhum Minggu, 16 Mei. Kendaraan baik roda dua maupun roda empat memadati jalan poros Maros-Pangkep. Mereka mengiringi jenazah almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya di Talawe, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.

Warga dan keluarga memadati area pemakaman. Warga pun berlomba-lomba untuk memegang jasad almarhum sebelum dimasukkan ke liang lahat.

Almarhum dimakamkan tepat di belakang rumah singgah yang dibangunnya. Di rumah itu kerap dijadikan tempat berkumpul dan diadakan pengajian.
Makam almarhum tak jauh dari lokasi pemakaman orang tua dan saudara-saudaranya.

AgH Sanusi Baco adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan. Meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan medis di salah satu rumah sakit di Kota Makassar, Sulsel.

Kiai Sanusi Baco memulai pendidikan dengan mondok di Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Mangkoso, Barru, selama 8 tahun. Lalu menyelesaikan pendidikan sarjana muda di Universitas Muslim Indonesia (UMI). Aktivis PMII ini mendapat beasiswa dari Departemen Agama (kini Kementerian Agama) untuk kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Setelah kembali ke Makassar, Sanusi Baco mengajar di UMI, juga di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Gazali (UIM) dan mendirikan Sekolah Tinggi Al-Gazali Cabang STAI Al Gazali di Makassar. Dia juga dikenal sebagai Dosen Tetap di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar, sebelum akhirnya tutup usia. ***