Satuan Tugas Operasi Madago Raya terus memburu kelompok Mujahidin Indonesia Timur di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Kekuatan kelompok ini dipastikan semakin melemah.
Hanya saja, Satgas mengingatkan agar masyarakat setempat berhenti menjadi pendukung kelompok bersenjata ini. Caranya dengan cara tidak lagi memasok informasi, bahan makanan dan logistik lainnya kepada mereka. Itu agar operasi ini dapat segera dituntaskan.
Berbicara di Palu, Sulawesi Tengah usai rapat dengan pendapat dengan DPRD Sulteng, Rabu, 2 Juni 2021, Komandan Satuan Tugas Operasi Madago Raya, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso memastikan persenjataan kelompok ini sudah tidak memadai lagi. Mereka tinggal punya dua senjata laras panjang jenis M-16 dan dua senjata laras pendek jenis revolver. Mereka tidak lagi mendapat pasokan senjata atau amunisi baru.
Selain masalah itu, ia menyatakan bahwa Satgas juga menghadapi para pendukung atau simpatisan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur. Jadi bila ingin operasi segera usai, Kapolda Sulteng ini meminta agar dukungan itu dihentikan.
“Kami minta agar masyarakat dan juga media bantu kami memutus mata rantai simpatisan kelompok MIT ini. Kalau mereka terus dipasok bahan makanan, logistik dan informasi, maka itu akan menghambat upaya kita menyelesaikan masalah ini,” sebut Rakhman.
Perwira Dua Bintang kelahiran Ujung Pandang pada 1963 ini menyatakan pula sembilan anggota kelompok Ali Kalora ini dalam keadaan kekurangan makanan dan lainnya.
“Mereka itu bila tidak dibantu bahan makanan akan kelaparan dan menyerah. Olehnya kami meminta masyarakat tidak lagi menjadi simpatisan kelompok MIT ini. Masyarakat berhenti menjadi pendukung kelompok teroris MIT,” sebut alumni Akademi Kepolisian 1988 ini.
Senada dengan itu, Wadan Satgas Ops Madago Raya, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, MA menyayangkan bila masih ada simpatisan yang setia mendukung kelompok ini.
“Kalau mereka disebut membawa ajaran Islam, ajaran Islam yang mana. Mereka itu membunuh dan merampok. Mereka bukan pejuang Islam, mereka teroris,” tandas mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.
Kepada masyarakat Poso, Farid meminta: “Tolong sadarlah. Kami ingin menjelaskan, Qatar itu, Askar, Nae dan Ambo itu orang dari NTB, Jaka Ramadhan itu dari Banten, kenapa mereka didukung. Jangan mau diadudomba oleh orang luar.“
Komandan Korem 162 Wira Bhakti Mataram pada 2016 – 2018 itu menyampaikan bahwa sebenarnya Ali Kalora dan tiga rekannya dari poso akan menyerahkan diri, namun mereka di ancam oleh Qatar.
Olehnya, ia meminta masyarakat jangan mau diadudomba oleh mereka yang bukan orang Poso. ***