Jumat, 10 Juli 2020, sekitar pukul 11.38 Waktu Indonesia Tengah, Abdul Wahid Gunawan, mantan Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Sagarmatha, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu menghubungi saya. Baru pada dering kali ketiga saya mengangkat panggilannya. Saya sudah yakin ia akan menyampaikan kabar duka.

Wahid bersama sejumlah anggota senior Mapala ini sejak awal sudah menyiapkan Tim SAR sebanyak 21 orang untuk pencarian Mohammad Faizal. ia dilaporkan hilang usai mendaki di Gunung Tambusisi, Morowali Utara sejak Senin, 6 Juli 2020 ditemukan. Mereka membuat Posko Kendali SAR di kediaman Adam di Jalan Lagarutu, Mantikulore.

Setelah Wahid, Subarkah, juga Yusuf sesama anggota senior Sagarmatha, kemudian berturut-turut menyampaikan kabar berpulangnya sahabat muda kami itu.

Dari laporan Tim SAR Mapala Sagarmatha dan Mapatala Untad, pada Jumat, 10 Juli 2020 sekitar pukul 07.45, warga setempat melaporkan melihat sesosok jasad di pintu air bendungan. Tim SAR Gabungan yang berasal dari Tim Rescue Unit Siaga SAR Morowali, Kepolisian Sektor Soyojaya, Koramil, Satpol PP, BPBD setempat, Tagana, Mapala Sarmatha, Mapatala Untad, KPA Anak Alam setempat dibantu warga kemudian mengevakuasi jasad korban.

Jenazahnya kemudian dibawa ke Puskesmas Tambayoli, Soyojaya untuk keperluan otopsi.

Tentu saja ini adalah kedukaan yang tak berperih untuk keluarganya. Dan tentu bagi Keluarga Besar Mapala Sagarmatha dan Anggota Senior Sagarmatha. Faisal masih tercatat sebagai mahasiswa semester 8 Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.

Ucapan duka dari rekan-rekannya sesama anggota Mapala dan seniornya sejak pagi menghiasi linimasa media sosial. Di Whatsapp Group Senior Sagarmatha, sejak pukul 11.00 WITA, sudah dipenuhi ucapan duka.

Sagarmatha berduka. Mapala yang terkenal dengan simbol warna merah hitamnya itu kehilangan lagi salah seorang penerusnya.

Rahmat Zainudin, salah seorang pendiri Sagarmatha dan mantan Ketua Pertama Mapala ini meminta seluruh anggota Sagarmatha melakukan Shalat Gaib untuk korban.

“Hari ini kita sudah kehilangan salah seorang saudara kita. Tapi semangat kita tentu tak boleh pudar. Ini semangat yang harus terus dipupuk. Menjadi Mapala itu hobby sekaligus media kita mengabdikan diri pada almamater dan lingkungan kita,” sebut dia.

Sebelumnya diberitakan, anggota Mahasiswa Pecinta Alam, Sagarmatha itu mendaki bersama 6 pendaki lainnya.

Dari kesaksian Alif Hidayat, salah seorang pendaki yang selamat bahwa mereka awalnya berjumlah 6 orang. Mereka terdiri dari 5 orang anggota biasa dan 1 orang anggota muda Mapala Sagarmatha. Tim pendakian berangkat pada Senin,29 juni 2020 dan tiba di Desa Lembasemara, Soyojaya, Morowali Utara pada 30 Juni 2020. Di sana Mohammad Hayu, pendaki lainnya bergabung. Total pendaki menjadi 7 orang. Mereka kemudian memulai pendakian pada 1 Juli 2020.

“Saat itu kami sudah berada di area tanpa jaringan seluler. Kami baru bisa berkomunikasi lagi pada 7 Juli 2020, sehari setelah Faisal hilang,” kisah Alif.

Kemudian, Alif mengimbuhi pada Senin, 6 Juli 2020 petang, seluruh peserta pendakian sudah turun dari puncak Gunung Tambusisi menuju Desa Sumara Jaya, Soyojaya, Morowali Utara. Lalu, sebelum Pos 2 Tambusisi, korban berjalan sendiri lebih dulu di depan sehingga terpisah dari tim.

“Karena khawatir kami kemudian membentuk dua tim untuk memastikan posisi Faisal. Tim A, saya, Mohammad Ali Akbar, Farel Hidayat. Kemudian Tim B, Ibrahim, Munawan, Mohammad Hayu. Kami di Tim A kemudian berjalan cepat menyusul Faisal. Namun sampai di tepi sungai Faisal tidak kami temukan,” tutur Alif, seperti kutipan laporannya di Whatsapp Group ‘Senior Sagarmatha’.

Tim A kemudian menaruh pikiran bahwa Faisal mungkin sudah sampai di Desa Sumara Jaya. Tim A kemudian menyusul sampai ke desa dan ternyata Faisal juga belum ditemukan. Sementara itu Tim B terjebak di Pos 2 Tambusisi karena tak dapat menyebrangi sungai.

Lalu, pada Selasa, 7 juli 2020, Tim A bersama warga Lembassemara kembali menuju ke Pos 2 menemui Tim B dengan harapan Faisal ditemukan oleh Tim B. Namun saat itu, sungai masih meluap sehingga tak bisa diseberangi. Akhirnya, mereka berinisiatif melakukan pencarian di sekitar lokasi terdekat. Namun mereka hanya menemukan carrier miliknya di jalur irigasi.

Untuk diketahui, Gunung Tambusisi yang menjadi tujuan pendakian para pendaki ini terletak Gunung Tambusisi memiliki ketinggian setinggi 2422 meter atau 7946 kaki dari permukaan laut.

Jalur pendakian ke puncak Gunung ini sebelumnya telah dirintis tim dari Mapatechno, Mahasiswa Pencinta Alam, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako) pada 2013. Mereka merintis rute pendakian melalui Dusun Kabalo, Desa Tambayoli, Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. ***