Mantan Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengah, Ir. , M.Si menyebutkan ia sedang menikmati dan menjalani takdir Tuhan untuk dirinya.

Takdir yang sudah digariskan Tuhan sungguh hal yang tak bisa diduga. Manusia bolehlah berencana, tapi Tuhan jualah yang menentukannya.

“Saya ini sebetulnya dipersiapkan oleh orang tua saya untuk menjadi pengusaha, namun saya kemudian menjadi abdi negara,” begitu kata Syaifullah Djafar mengenang masa remajanya,

Syaifullah muda adalah pekerja keras. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Katolik Menengah Pertama Frater Kendari pada 1974-1977, ia sudah bekerja di galangan kapal orang tuanya.

Ia juga bergiat di perusahaan perikanan dan perkebunan cengkeh yang diminta oleh orang tua dikelola olehnya.

Semasa masih duduk di kelas 1, Sekolah Katolik Menengah Atas Rajawali Makassar ia ditahbiskan sebagai eksportir termuda se-Sulawesi Selatan.

“Saya waktu itu sudah menjadi eksportir hasil-hasil perikanan laut ke Jepang dan Eropa. Jadi memang sebetulnya saya sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang pengusaha,” ungkapnya mengingat masa itu.

Sebagai kakak bagi lima adiknya, Syaifullah muda tentu ditugasi oleh ibunya Hapsah Dali sebagai pengemong dan pengasuh buat mereka.

Kedua orang tua Syaifullah mendidik anak-anaknya untuk selalu mandiri, meski ayahnya adalah seorang pejabat di masa itu.

Telaten dalam pendidikan dan tekun dalam agama, menjadi pokok ajaran orang tuanya.

Dua adiknya, Syarifullah Djafar dan Shabrun Djafar adalah alumni Pondok Pesantren Gontor. Sedang adik perempuannya, Ira Suryani Djafar adalah alumni Institut Pertanian Bogor. Sementara Syahrul Djafar, memilih Universitas Padjajaran, lalu Universitas Hasanuddin.

Tak Diarahkan ke Dunia Politik

Ayahnya, Letnan Kolonel Djafar Jusuf. SH, seorang putra Gorontalo pada 1970-an itu adalah Kepala Direktorat Sosial Politik Provinsi Sulawesi Tenggara.

“Yang menarik itu, meskipun ayah saya adalah pejabat pembina politik tertinggi di Sulawesi Tenggara saat itu, sama sekali saya tidak dididik dan diarahkan untuk masuk ke dunia politik,” aku Syaifullah sembari terkekeh.

Kisah dia, menjadi PNS bukanlah menjadi bagian dari cita-citanya. Sebab, sejak menjadi mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, ia telah bekerja di bidang informatika.

“Pada 1983 itu saya sudah bekerja di Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika sebagai tenaga pengajar, programmer dan system analyst. Bahkan setamat kuliahpun meskipun saya alumni Teknik Sipil, saya tetap bekerja di dunia Informatika,” kisahnya.

Menjadi PNS

Titik awalnya sampai ia kemudian menjadi abdi negara ketika ia menjadi mentor privat Kepala Kantor Wilayah Pekerjaan Umum Sulawesi Selatan.

“Ia meminta saya masuk ke PU dan memperkuat bagian IT pada Departemen PU, namun takdir menghendaki lain, di mana penugasan saya yang pertama adalah diperbantukan kepada Pemerintah Kabupaten Poso,” tutur Ketua Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) Sulteng ini.

Jalan hidup Syaifullah memang penuh warna. Meski rasanya sayang meninggalkan dunia bisnis dan informatika yang sudah digelutinya, tapi komitmennya untuk memenuhi tanggung jawab tetaplah nomor satu.

Setelah menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum pada 1990, tahun berikutnya ia sudah dikirim ke Poso sebagai PNS.

Ia diserahi tugas awal sebagai Pemimpin Proyek Peningkatan Jalan Kabupaten Poso pada 1992-2001 merangkap Kepala Sub Dinas Jalan dan Jembatan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Poso.

Loyal, Cakap dan Cerdas

Pada 2004, ia dipanggil membantu Longki Djanggola semasa menjadi Bupati, sebagai Kepala Bidang Prasarana Wilayah pada Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Barulah pada 2011, setelah Longki Djanggola menjadi Gubernur Sulteng, ia ditarik menjadi Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

Syaifullah pensiun pada 2022 ini setelah usai menjalani baktinya sebagai Kepala Dinas Binamarga dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah.

Mantan Gubernur Longki Djanggola pada satu kesempatan menuturkan bahwa Syaifullah Djafar termasuk salah seorang abdi negara yang loyal, cakap dan cerdas. Ia pun selalu mampu menyelesaikan tanggung jawab yang ditugaskan sesuai bidang kerjanya.

Mengingat dirinya masih produktif pada usia 60 tahun, ia kemudian memilih meneruskan pengabdiannya dan kerja-kerjanya untuk Sulawesi Tengah dengan maju menjadi anggota .

“Saya dan Tim Kerja Bersahaja sudah menyerahkan Berkas F dan F1 ke KPU Sulteng setelah sebelumnya Tim melakukan penginputan data dukungan dari masyarakat di kabupaten dan kota di Sulteng ke dalam aplikasi Silon yang disiapkan oleh KPU Sulteng,” kata Syaifullah Syaifullah di KPU Sulteng, Senin (26/12/2022).

Untuk diketahui, Tim Kerja Bersahaja berhasil mengumpulkan tidak kurang 6 ribu KTP calon pemilih yang menyatakan dukungannya pada Syaifullah Djafar.

“Terima kasih kepada masyarakat Sulawesi Tengah yang sudah menyatakan dukungannya. Insya Allah ini adalah jalan baru saya mengabdi buat kemajuan Sulawesi Tengah,” demikian Syaifullah Djafar mengunci perbincangan. ***

Baca berita terbaru jafarbuaisme.com di Google News.