Saat itulah 40 mantan perwira Pembela Tanah Air (Peta) dari seluruh Jawa dan bekas informan Jepang di Jakarta dididik dasar-dasar intelijen di asrama pelayaran di kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara.

***

Seturunnya Ahmad Alghifary ke kampung, Santoso mulai mempersiapkan amaliyah. Sasarannya di dalam Kota Poso. Ia dan kelompoknya juga menyasar para Polisi dan informan yang ditempatkan di sejumlah desa di wilayah Poso.

Sejumlah eksekutor sudah dilatih teknik penyergapan. Bom-bom sudah dirakit untuk persiapan pengeboman beberapa titik yang sudah disurvey sebelumnya oleh para pendukungnya di dalam Kota Poso.

“Untuk penyiapan bom itu tanggung jawab Ibeng. Ia akan didukung oleh Ustad Yasin dan Kholid serta beberapa orang lainnya,” perintah Santoso.

Para pengikutnya yang memang kenyang pengalaman dari Afghanistan dan Moro itu tinggal mengiyakan perintah Amir Mujahiddin itu.

“Kita butuh senjata lagi. Ustad Jimmy yang akan memimpin amaliyahnya. Ia akan dibantu Harun,” sambung Santoso.

Ustad Jimmy yang dimaksudkannya itu adalah Daeng Koro alias Autad Rawa. Ia ahli tempur karena diketahui pernah menjadi anggota Korps Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat sebelum dipecat karena pelanggaran asusila.

Sedang Harun adalah nama alias dari Ahwy, salah seorang anak buah Santoso yang ditugaskan pula sebagai eksekutor dalam sejumlah amaliyah.

***

Sore menjelang. Dari atas Gunung Biru, bentangan persawahan di sepanjang Poso Pesisir menyajikan panorama alam mempesona.

Kepala Unit Intelijen Kepolisian Sektor Poso Pesisir, Brigadir Sudirman dan anggota tim buru sergap Kepolisian Resor Poso, Brigadir Polisi Satu Andi Sapa tengah menuruni jalan terjal yang dirintis di punggung bukit di bagian barat Poso Pesisir itu. Mereka mengendarai sepeda motor bebek berwarna biru.

Keduanya mendapat penugasan untuk mengumpulkan informasi adanya tadrib asykari atau pelatihan teroris di wilayah itu. Setelah memastikan semua informasi telah terkumpul mereka pun turun ke kampung.

Tiba-tiba tak dinyana, lima orang menyergap mereka. Tak sempat lagi mereka melakukan perlawanan. Daeng Koro yang memimpin penyergapan itu berkali-kali menusuk keduanya dengan belati.

“Cepat…cepat…Bawa mereka. Kita amankan mereka,” perintah Daeng Koro.