Mujahiddin Indonesia Timur saat ini telah terpecah dua. Kelompok pertama dipimpin Ali Kalora dan kelompok kedua dipimpin Qatar alias Farel alias Anas.
Seperti diketahui dari 9 orang anggota MIT, ada 4 orang Poso yakni Ali Kalora, Rukli, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Sementara itu 4 orang lainnya yakni Qatar alias Farel alias Anas, Abu Alim alias Ambo, Nae alias Galuh dan Askar alias Jaid alias Pak Guru berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Adapun Jaka Ramadan alias Ikrima alias Rama berasal dari Banten.
Komisari Besar Polisi Didik Supranoto membenarkan adanya perpecahan kelompok itu.
“Yang lima orang dipimpin Qatar dan yang empat orang lagi dipimpin Ali Kalora. Adapun yang melalukan penyerangan di Kalemago, Lore Timur itudipimpin Qatar,” kata dia.
Didik menyatakan bahwa Qatar inilah yang kerap melakukan teror dan pembunuhan terhadap para petani di wilayah Lore, termasuk pembunuhan empat petani pada 11 Mei 2021 lalu.
Terkait hal itu, Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, MA menyesalkan bila masih ada simpatisan yang setia mendukung kelompok ini.
“Kalau mereka disebut membawa ajaran Islam, ajaran Islam yang mana. Mereka itu membunuh dan merampok. Mereka bukan pejuang Islam, mereka teroris,” tandas mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.
Kepada masyarakat Poso, Farid meminta: “Tolong sadarlah. Kami ingin menjelaskan, Qatar itu, Askar, Nae dan Ambo itu orang dari NTB, Jaka Ramadhan itu dari Banten, kenapa mereka didukung.“
Komandan Korem 162 Wira Bhakti Mataram pada 2016 – 2018 itu menyampaikan bahwa sebenarnya Ali Kalora dan tiga rekannya dari poso akan menyerahkan diri, namun mereka di ancam oleh Qatar.
Olehnya, ia meminta masyarakat jangan mau diadudomba oleh mereka yang bukan orang Poso. ***