Konon pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda bernama Al Qamah. Dia adalah seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Waktu dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah memberitahukan keadaan Alqamah.
Rasulullah pun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk menjenguk. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Al Qamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah. Akhirnya, mereka berangkat kerumahnya, ternyata saat itu Al Qamah sudah dalam keadaan naza' atau sekarat. Maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Al Qamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah. Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Kisah ini adalah penggalan isi khutbah Id yang disampaikan Kabintal Kostrad Kolonel Inf H.Rahman T. Leho yang disampaikannya di Masjid Ar Rahman, Ranteleda, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (21/4/2023).
Maka saat itu Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?”
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.”
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya, jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.”
Tatkala utusan itu sampai pada ibu Al Qamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang akan mendatangi Rasulullah.”
Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. Sesampainya di rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu?”
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”
Maka, Rasulullah bersabda, “sesungguhnya, kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Al Qamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Al Qamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya.”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Al Qamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibunya mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.”
Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Al Qamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Al Qamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat. Kemudian, Al Qamah pun meninggal dunia saat itu juga.
Perwira Kostrad berpangkat tiga melati ini menyampaikan kisah ini dengan harapan bahwa anak-anak jangan melupakan orang tuannya.
Ia juga menyitir sebuah hadits nabi yang diriwayatkan Ka'ab bin Ujrah, RA terkait salah doa Malaikat Jibril yang diaminkan oleh Rasulullah SAW.
“Rasulullah bersabda, kemudian Jibril berkata, celakalah seorang hamba jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, tetapi keberadaan orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata, ‘Amiin,” jelas mantan Dandim 1401/Majene ini.
Olehnya, imbuh dia, “Di hari yang mulia ada kesempatan kita memuliakan orang tua. Bila dekat, datangi, peluk dan cium orang tuamu, utamanya ibunya. Bila jauh teleponlah. Di zaman serba canggih ini, tidak ada lagi batas sekat yang menghalangi kita bersilaturahmi pada orang tua kita. Kisah di atas menunjukkan bahwa keikhlasan hati seorang ibu menentukan akhir hidup kita kelak.”
Shalat Id di Masjid Ar Rahman Ranteleda, Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah Jumat (21/4/2023) dipadati oleh warga setempat. Shalat Id di wilayah ini yang lebih cepat sehari dari penetapan Kementerian Agama RI. ***